Senin, 20 April 2015

Onthelist Purwodadi (Bagian-1)


Menyebarnya virus onthelist 


Purwodadi-Onthelisme yang sekarang sedang menjadi trend dan virus bagi semua kalangan, baik tua maupun muda, dari yang sudah berumur 63 tahun hingga yan masih duduk dibangku SMP kini gemar untuk mengkayuh sepeda nya.
Berawal dari beberapa onthelist yang berasal dari Kecamatan Jambon yang sering nongkrong setelah kegiatan bersepeda memutar kota Purwodadi, mereka hendak beristirahat sejenak untuk membeli nasi pecel saat car free day hari minggu. “menika badhe leren rumiyin bapak, bibar muter2 saking Njambon kalawau” (isitirahat sebentar bapak, habis muter-muter dari Jambon tadi) terang Mas Adhi, salah seorang penggemar onthelist dari Jambon saat dikumpul oleh saya di depan rumah.

Minggu berikutnya, kelompok dari Jambon ini mulai 
terbiasa untuk memarkir sepeda nya di depan rumah, hingga beberapa saat kemudian ada onthelist lainnya yang juga penggemar onthelist dari kelompok lain lewat depan rumah, dengan segera saya pertemukan kelompok tersebut dengan kelompok yang lalu, BLENG !!, dan akhirnya 2 kelompok tersebut bisa melebur menjadi 1 untuk menyepakati menjadi 1 komunitas di purwodadi. Hal ini berlangsung untuk minggu2 berikutnya, hingga suatu saat, satu persatu yang tidak tergabung komunitas, kami persilahkan untuk sekedar memarkir sepeda nya di sana setiap minggu pagi yang selalu bertepatan dengan adanya kegiatan car free day setiap minggu nya di kota kami. Satu persatu, hingga semuanya mau untuk melebur menjadi satu di depan rumah.
Memasuki bulan ke-3, kelompok dari Jambon menginginkan kami untuk sekedar bersilaturahmi di tempat mereka, dan kami pun menyepakati hal tersebut untuk dilaksanakan 2 minggu setelah ini, kesepakatan dan tanda tangan setiap anggota untuk bisa datang tepat waktu, berangkat dari markas pukul 05.30 WIB.
Tiba saatnya untuk kami berangkat ke Jambon, kira-kira 20 onthelist berangkat dari markas. Capek juga sih, tapi karena bersama-sama capeknya jadi hilang, papar Bapak Riyanto, salah satu onthelist yang juga sebagai Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Grobogan.
Sesampainya kami di Jambon, ternyata sudah ada lebih dari 30 orang dengan sepeda mereka masing-masing untuk menyambut kami, wah...., rasanya seperti setelah melakukan perjalanan yang melelahkan dan disambut saudara sendiri...., kami parkir sepeda kami secara berjrentetan (berurutan) dan sejajar sehingga bisa rapi. Tanpa basa-basi, tuan rumah mempersilahkan kita untuk memasuki tempat yang telah disediakan, hidangan nasi opor, teh panas pun telah disediakan oleh tuan rumah..., hmmmmm...., setelah perjalanan melelahkan, terdengar sayup2 suara burung di desa, udara pagi yang sejuk..., dan sarapan nasi opor teh panas...., mak nyus tenan...., hehehehe
Dari acara tersebut, ada sepasang anak kembar yang masih duduk di kelas 2 SMP yakni DENATA PEMBINA dan DENATA PANGLIMA, kedua bocah ini  sering menjadi penghibur kami, kadang kala beberapa diantara kami nyelethuk “wis..., cah cilik ojo gedhe2 sepedane..., ngko tibo... (sudah, kalo masih kecil jangan besar2 sepedanya, nanti jatuh.., hehehe)
Adapun juga dari orang tua yang sudah memiliki 6 orang cucu, nama nya Mbah Trisno, beliau menjadi sesepuh kami disini, walaupun sudah berkepala 6, tetapi badannya seperti laki-laki berumur tigapuluhan, kuat dan sehat !!!, “nyepedah iku rasane penak nang,  wiwit mbiyen nganti saiki luwih seneng numpak pit tinimbang pitmontor. Hahahahah ...” (bersepeda itu menyenangkan nak, dari dulu sampai sekarang lebih suka naik sepeda daripada motor. hahahaha)
Hari minggu berikutnya, semua onthelist sudah mau berkumpul menjadi 1 di depan rumah, mereka bersepakat untuk menjadikan rumah sebagai tempat nongkrong dan berkumpul saat car free day. Kemudian setelah itu, kami kumpulkan pentholan-pentholanya (perwakilan-perwakilannya) dan semua anggota untuk duduk bersama di depan rumah dan kami berikan sedikit arahan untuk menjadikan agenda rutin tiap minggu, menyeragamkan kostum (lurik, celana panjang dan ikat kepala atau penutup kepala). To be continued.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar