Menyebarnya virus
onthelist
Purwodadi-Onthelisme yang sekarang sedang menjadi trend dan
virus bagi semua kalangan, baik tua maupun muda, dari yang sudah berumur 63
tahun hingga yan masih duduk dibangku SMP kini gemar untuk mengkayuh sepeda
nya.
Berawal dari beberapa onthelist yang berasal dari Kecamatan
Jambon yang sering nongkrong setelah kegiatan bersepeda memutar kota Purwodadi,
mereka hendak beristirahat sejenak untuk membeli nasi pecel saat car free day
hari minggu. “menika badhe leren rumiyin bapak, bibar muter2 saking Njambon
kalawau” (isitirahat sebentar bapak, habis muter-muter dari Jambon tadi) terang
Mas Adhi, salah seorang penggemar onthelist dari Jambon saat dikumpul oleh saya
di depan rumah.
Minggu berikutnya, kelompok dari Jambon ini mulai
terbiasa
untuk memarkir sepeda nya di depan rumah, hingga beberapa saat kemudian ada
onthelist lainnya yang juga penggemar onthelist dari kelompok lain lewat depan
rumah, dengan segera saya pertemukan kelompok tersebut dengan kelompok yang
lalu, BLENG !!, dan akhirnya 2 kelompok tersebut bisa melebur menjadi 1 untuk
menyepakati menjadi 1 komunitas di purwodadi. Hal ini berlangsung untuk minggu2
berikutnya, hingga suatu saat, satu persatu yang tidak tergabung komunitas,
kami persilahkan untuk sekedar memarkir sepeda nya di sana setiap minggu pagi
yang selalu bertepatan dengan adanya kegiatan car free day setiap minggu nya di
kota kami. Satu persatu, hingga semuanya mau untuk melebur menjadi satu di
depan rumah.
Memasuki bulan ke-3, kelompok dari Jambon menginginkan kami
untuk sekedar bersilaturahmi di tempat mereka, dan kami pun menyepakati hal
tersebut untuk dilaksanakan 2 minggu setelah ini, kesepakatan dan tanda tangan
setiap anggota untuk bisa datang tepat waktu, berangkat dari markas pukul 05.30
WIB.
Tiba saatnya untuk kami berangkat ke Jambon, kira-kira 20
onthelist berangkat dari markas. Capek juga sih, tapi karena bersama-sama
capeknya jadi hilang, papar Bapak Riyanto, salah satu onthelist yang juga
sebagai Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Grobogan.
Sesampainya kami di Jambon, ternyata sudah ada lebih dari 30
orang dengan sepeda mereka masing-masing untuk menyambut kami, wah...., rasanya
seperti setelah melakukan perjalanan yang melelahkan dan disambut saudara
sendiri...., kami parkir sepeda kami secara berjrentetan (berurutan) dan
sejajar sehingga bisa rapi. Tanpa basa-basi, tuan rumah mempersilahkan kita
untuk memasuki tempat yang telah disediakan, hidangan nasi opor, teh panas pun
telah disediakan oleh tuan rumah..., hmmmmm...., setelah perjalanan melelahkan,
terdengar sayup2 suara burung di desa, udara pagi yang sejuk..., dan sarapan
nasi opor teh panas...., mak nyus tenan...., hehehehe
Dari acara tersebut, ada sepasang anak kembar yang masih
duduk di kelas 2 SMP yakni DENATA PEMBINA dan DENATA PANGLIMA, kedua bocah
ini sering menjadi penghibur kami,
kadang kala beberapa diantara kami nyelethuk “wis..., cah cilik ojo gedhe2
sepedane..., ngko tibo... (sudah, kalo masih kecil jangan besar2 sepedanya,
nanti jatuh.., hehehe)
Adapun juga dari orang tua yang sudah memiliki 6 orang cucu,
nama nya Mbah Trisno, beliau menjadi sesepuh kami disini, walaupun sudah
berkepala 6, tetapi badannya seperti laki-laki berumur tigapuluhan, kuat dan
sehat !!!, “nyepedah iku rasane penak nang, wiwit mbiyen nganti saiki luwih seneng numpak
pit tinimbang pitmontor. Hahahahah ...” (bersepeda itu menyenangkan nak, dari
dulu sampai sekarang lebih suka naik sepeda daripada motor. hahahaha)
Hari minggu berikutnya, semua onthelist sudah mau berkumpul
menjadi 1 di depan rumah, mereka bersepakat untuk menjadikan rumah sebagai
tempat nongkrong dan berkumpul saat car free day. Kemudian setelah itu, kami
kumpulkan pentholan-pentholanya (perwakilan-perwakilannya) dan semua anggota
untuk duduk bersama di depan rumah dan kami berikan sedikit arahan untuk
menjadikan agenda rutin tiap minggu, menyeragamkan kostum (lurik, celana
panjang dan ikat kepala atau penutup kepala). To be continued.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar